Cari Blog Ini

Sabtu, 25 September 2010

Mengatasi Perasaan Ragu Untuk Memutuskan Berbisnis


Mengatasi Perasaan Ragu Untuk Memutuskan Berbisnis
Perasaan ragu atau was-was merupakan salah satu sikap yang kadang bila terlalu berlebihan hanya akan menyebabkan hilangnya kesempatan terbaik yang hadir dalam kehidupan kita.
Dan terkadang tanpa kita sadari, kesempatan itu hanya datang sekali saja. Memang benar apabila kita disodorkan akan sesuatu hal, kita harus berhati-hati.
Namun, apakah kita harus selalu terbelenggu dengan selalu ragu untuk mengambil keputusan yang besar dan penting? Apakah kita harus selalu mundur menerima tantangan yang pada dasarnya adalah jembatan kehidupan yang telah menjadi kepastian untuk dilalui?
Seringkali langkah kita untuk maju terhenti hanya karena terlalu banyak orang yang berkomentar negatif terhadap langkah dan keputusan yang kita ambil. Padahal, kebanyakan dari mereka hanya bisa berkomentar. Ya… hanya bisa berkomentar dan tidak bertindak sama sekali. Nato kalau orang bilang sekarang…
Memang benar bahwa belajar dari kegagalan orang lain adalah sebuah “rumusan baku” untuk menuju keberhasilan. Tapi perlu diingat, banyak juga kegagalan tersebut disebabkan karena kesungguhan untuk mencapai sebuah kesuksesan sering terputus oleh ketidakmampuan untuk menjadi pribadi dengan jiwa-jiwa yang sabar.
Langkah yang bijak bagi kita tentunya adalah mencari informasi tentang bagaimana cara atau langkah menuju kesuksesan sebanyak-banyaknya. Supaya hal tersebut menjadi energi dahsyat. Supaya kita tidak selalu terhenti oleh cara pandang dan sikap negatif yang membuat kita ragu untuk melangkah.
Hindari terlalu banyak menyimpan perasaan skeptis dan curiga terlalu besar tanpa dasar. Optimislah, yakinkan bila kita berada dalam jalur yang baik dan benar, kebaikan dan kesuksesan insya Allah pasti akan kita peroleh.
Jikapun masih ada hal-hal sulit dan masih begitu banyak rintangan yang harus kita hadapi, pada dasarnya itulah harga yang harus kita bayar dan hadapi tanpa harus memutuskan sekian banyak langkah yang pada akhirnya hanya akan menghempaskan kita pada titik rendah keputusasaan.
Bukankah kita dikatakan tangguh dan hebat bila telah melalui banyak rintangan yang hebat dan berat pula?
Dan perlu diperhatikan, keberhasilan akan tunduk pada kesungguhan, keyakinan kuat, konsisten dalam langkah dan pencapaian juga benar pada cara mencapainya.
Masuklah dalam ruang lingkup kehidupan yang positif, niscaya akan banyak hal positif akan menghampiri kita. Karena kalau kita masuk dalam ruang lingkup kehidupan yang negatif, maka akan banyak hal negatif juga yang akan kita jumpai. Sukses selalu untuk anda…

Saya Pernah Lebih Miskin dari Pengemis!

kisah ini saya dapatkan dari web om bakrie:
Selama ini banyak orang bertanya kepada saya bagaimana rahasianya menjadi pengusaha yang sukses. Mereka berharap saya bersedia membagi pengalaman dan kiat-kiat berusaha supaya sukses.
Bagi saya,  membagi pengalaman kepada orang lain menyenangkan, apalagi bila pengalaman saya tersebut bermanfaat.
Senin 5 April lalu, saya diundang oleh Universitas Islam As Syafiiyah, Jakarta, untuk membagi pengalaman. Dalam acara bertajuk “Studium Generale Kewirausahaan” itu saya diminta memberikan ceramah mengenai kewirausahaan dan kiat sukses berbisnis.
Kepada para mahasiswa saya katakan untuk sukses berbisnis kita tidak bisa hanya belajar di bangku kuliah saja. Bangku kuliah hanya mengajarkan dasar dan teori. Sisanya kita belajar kepada mereka yang telah berhasil. Orang itu tidak harus S3 untuk menjadi pengusaha. Bisa jadi hanya S1 seperti saya, bahkan ada yang tidak memiliki ijasah.
Apa langkah pertama yang harus dilakukan untuk memulai usaha dan menggapai kesuksesan? Jawabannya adalah mimpi. Kita harus berani bermimpi menjadi orang yang sukses. Sejarah juga membuktikan banyak temuan hebat dan orang sukses dimulai dari sebuah mimpi. Kalau anda bermimpi saja tidak berani, ngapain membuka usaha.
Tentu saja tidak hanya berhenti sekedar mimpi untuk mencapai sukses. Setelah mimpi anda bangun, lalu pikirkanlah mimpi anda. Berfikirlah yang besar. Seperti kata miliarder Amerika Donald Trump; if you think, think big. Pikir yang besar, pikir jadi presiden, jangan pikir yang kecil-kecil.
Setelah itu anda buat rencana, buat rincian, dan bentuk sebuah tabel. Terakhir, yang paling penting, segera jalankan rencana tersebut. Jika anda bertanya perlukah berdoa? saya katakan berdoa itu perlu (baca : sangat penting). Tapi perencanaan juga perlu. Doa saja tanpa perencanaan saya rasa tidak akan berhasil.
Dulu waktu masih kuliah, saya biasa membuat perencanaan dan membagi waktu. Saya bangun sholat Subuh, lalu latihan karate, setelah itu tidur lagi sampai pukul 10. Baru pukul 11 belajar.
Intinya dengan perencanaan, masalah akan terselesaikan dengan baik. Sekarang juga begitu, saya bagi waktu untuk partai dan lainnya. Pukul sekian seminar, pukul sekian jadi pembicara, pukul sekian… Kadang 10 masalah bisa saya selesaikan sehari.
Keluhan paling sering dilontarkan orang yang tidak berani berusaha adalah tidak mempunyai modal atau dana. Banyak juga yang berkata saya bisa sukses karena ayah saya pengusaha. Itu salah besar. Saat memulai usaha saya tidak mempunyai uang.
Saat akan membeli Kaltim Prima Coal (KPC) saya juga tidak memiliki dana. Caranya saya datangi calon kontraktor dan tawarkan kerjasama yang menguntungkan dia, tapi saratnya dia pinjami saya dana. Saya juga mendatangi bank dan berkata demikian. Lalu dari uang yang dipinjamkan itu, saya membeli KPC dan sekarang menjadi perusahaan besar.
Jangan pernah bicara tidak punya dana. Uang datang jika ada ide besar atau ada proyek yang visible. Bill Gates juga tidak mempunyai uang, tapi dia mempunyai ide bagus. Dia tidak lulus kuliah, dia bukan anak orang kaya, tapi dari garasinya dia bisa membuat Microsoft jadi perusahaan besar.
Maka pikirkan ide yang bagus, lalu anda cari partner yang punya uang. Yakinkan dia dan berkerjasamalah dengan dia. Jika dalam kerjasama partner anda meminta keuntungan lebih besar, jangan persoalkan.
Misal semua ide dari anda tapi anda hanya dapat 10%, itu tidak masalah. Sebab 10% itu masih untung dari pada anda tidak jadi bekerjasama dan hanya dapat nol %. Jangan lihat kantong orang, jangan lihat untung orang, lihat kantong kita ada penambahan atau tidak.
Setelah anda menjalani usaha, suatu saat anda pasti akan menghadapi masalah. Hadapi saja masalah itu, karena masalah adalah bagian dari hidup yang akan terus datang. Saya sendiri juga pernah menghadapi masalah saat krisis ekonomi 1997-1998. Saat itu keadaan perekonomian sulit, semua pengusaha dan perusahaan juga sulit.
Saat itu saya jatuh miskin. Bahkan saya jauh lebih miskin dari pengemis. Ini karena saya memiliki hutang yang sangat besar. Hutang saya saat itu sekitar USD 1 miliar. Di saat yang sulit ini biasanya sahabat-sahabat kita, rekan-rekan kita semua lari.
Karena itu di saat yang sulit ini, kita tidak boleh memperlihatkan kita sedang terpuruk. Jangan perlihatkan kita sedang gelap. Seperti yang diajarkan ayah saya Achmad Bakrie; jangan biarkan dirimu di tempat yang gelap, karena di tempat yang gelap bayangan pun akan meninggalkanmu.
Maka saat susah itu saya tetap tegar dan tidak menunjukkan keterpurukan. Bahkan saya terpilih jadi ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) untuk yang kedua kalinya. Kalau saat itu saya tunjukkan keterpurukan, mana mau mereka memilih saya.
Tapi yang penting setelah kita terpuruk, kita harus bangkit kembali. Kalau saat itu saya tidak bangkit, maka tidak bisa saya seperti saat ini. Saya berprinsip hadapi saja masalah, jangan lari. Banyak usaha yang saya lakukan, misalnya melepas saham keluarga dari 55% jadi tinggal 2,5%. Saya juga mencari pinjaman sana-sini.
Akhirnya dengan usaha keras pada tahun 2001 saya bisa bangkit kembali dan hutang saya bisa dilunasi dan bisnis saya membaik kembali.
Itulah pengalaman saya selama ini. Saya berharap bisa menjadi ilmu yang berguna. Papatah mengatakan pengalaman adalah guru yang paling baik. Sebagai penutup saya ingin bercerita mengenai kisah telur Colombus. Suatu saat Colombus menantang orang-orang untuk membuat telur bisa berdiri.
Saat itu tidak ada satupun orang yang bisa membuat telur berdiri. Kemudian Colombus memberi contoh cara membuat telur berdiri dengan memecahkan bagian bawahnya. Lalu orang-orang berkata; ah, kalau begitu caranya saya juga bisa.
Nah, saya ingin menjadi Colombus. Saya tunjukkan caranya, lalu anda mengatakan; kalau begitu saya juga bisa. Kemudian anda memulai usaha dan menjadi berhasil dan sukses. Saya senang kalau anda sukses, karena semakin banyak orang sukses, semakin maju bangsa ini.
Bagaimana tanggapan anda tentang kisah pengusaha sukses Indonesia diatas
saya harap teman - teman termotifasi dengan cerita di atas dan mau bangkit dari keterpurukan
 by; rie anhari

Senin, 06 September 2010

Sukses mengenali potensi diri berdasar kepribadian


Mampu memotivasi diri yang baik menuju sukses dalam bisnis, kewirausahaan dan kerja merupakan impian banyak orang.

Namun semua usaha apapun ketika berangkat dari ketidak tahuan, maka nilai efektifitas menuju terwujudnya sebuah kesuksesan sangat kecil. Peluang sukses akan rendah.
Hal ini berbeda jika setidaknya kita mampu mengenal potensi diri kita sejak awal, sehingga banyak terjadi dan kita dengar, seseorang dengan usaha yang minimalis dan sederhana namun begitu cepat menjadi sukses dalam bisnisnya, kerjanya, wirausaha nya.
Mengenali diri merupakan modal dan kekuatan, terutama kekuatan untuk membangun kekuatan berikutnya menuju sukses menangkap peluang bisnis, peluang kerja, peluang sukses, peluang peningkatan reputasi.
Secara umum dan singkat tipe kepribadian manusia menurut Psikolog dari Amerika yang terkenal dengan JL Holland dapat dibedakan dengan 6 macam:
Tipe Kepribadian Konvensional
Ciri ciri dari kepribadian konvensional adalah :
Bersikat hati-hati, mengikuti arus , metodis, efisien, cermat, tidak fleksibel , pemalu, tidak mau menonjolkan diri, patuh, teratur , tekun, praktis, cermat, sopan, tidak imajinatif.
Pekerjaan yang cocok untuk tipe konvensional adalah : resepsionis, sekretaris, klerek, operator komputer dan akuntan.
Tipe Kepribadian Sosial
Ciri-ciri kepribadian konvensional adalah: menyukai orang, menikmati pergaulan, ramah, dermawan, suka menolong, baik hati, mudah berempati, persuasif, sabar, suka bekerja sama, bertanggungjawab bijaksana, hangat
Pekerjaan yang cocok untuk tipe ini adalah: Guru, ibu rumah tangga, konsultan manajemen
Tipe Kepribadian Investigative
Ciri-ciri Kepribadian investigative adalah rasional, analitis, kompleks, selalu ingin tahu, teliti, senang menyendiri, isntrospektif,pemalu,penuh kehati-hatian, tidak terburu-buru, tidak terbawa emosi, tidak terlalu disukai orang.
Pekerjaan yang cocok untuk tipe ini: ilmuwan, dokter, penerjemah, surveyor, peneliti, dosen
Tipe Kepribadian Artisitik
Ciri-ciri Tipe Kepribadian artisitik adalah tidak rapi, emosional, impulsive, tiakpraktis, mandiri, instrospektif, imajinatif, orisional, tidak senang, mengikuti arus, intuitif, peka, terbuka, disukai banyak orang.
Pekerjaan yang cocok untuk tipe ini adalah: penulis, musisi, jurnalis, seniman, disainer, actor, kritikus seni.
Tipe Kepribadian Realistis
Ciri-ciri kepribadian realistis adalah tidak suka omong kosong, tidak suka mengumbar janji atau kata-kata , keras kepala, materialistis, praktis, menjauhi diri dari pergaulan social, sedikit bergaul, bersikap wajar tidak dibuat-buat, berterus terang, cenderung mengikuti arus, fleksibel, tekun dan cermat.
Pekerjaan yang cocok untuk tipe ini antara lain : sopir, pilot, mekanik, juru masak, petani.
Tipe Kepribadian Pengusaha
Ciri-ciri tipe kepribadian pengusaha adalah gigih, ambisius, menyenangkan, mendominasi, menyukai petualangan, suka coba-coba, terkadang bertindak berlebihan, suka berbicara, penuh rasa percaya diri, sangat optimis, siap mencoba apapun
Pekerjaan yang cocok untuk kepribadian ini adalah : penjual, eksekutif, manajer, wiraswasta
Kenalilah diri anda untuk membangun kekuatan menuju kekuatan sukses berikutnya
.
Salam sukses selalu. Ipan Pranashakti KIP
Sunber: http://ipan.web.id/2008/10/kewirausahaan-dan-motivasi-diri-sukses-mengenali-potensi-diri-berdasar-kepribadian/

Kiat Sukses Manajemen Waktu



By Syania anggriani

Pernahkah Anda merasa dikejar-kejar pekerjaan? Pernahkah Anda merasa waktu begitu cepat? Pekerjaan menumpuk belum terselesaikan dan dikejar-kejar deadline. Hal ini pasti pernah dirasakan oleh setiap manusia.

Mengatur jadwal sesuai dengan apa yang harus dilakukan memang agak sulit. Terlebih bagi anda yang tidak terbiasa dengan sesuatu yang well organized. Misalnya saja, memakai agenda dan menyusun jadwal waktu dan kegiatan. Ditambah dengan sikap disiplin, motivasi dan semangat untuk mencapai target yang diinginkan.
Terlalu sering menganggap remeh suatu persoalan atau menunda-nunda suatu pekerjaan awal terhambatnya kesuksesan. Pekerjaan yang dikerjakan pun hasilnya jadi tidak maksimal atau tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, karena dikerjakan dengan buru-buru. Penting manajemen waktu memang sangat dibutuhkan bagi mereka yang memiliki mobilitas pekerjaan yang tinggi.
Time is money begitulah ungkapan mereka. Baginya waktu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan dalam bekerja mereka menerapkan manajemen waktu. Manajemen waktu sebenarnya lebih dititik beratkan kepada kemampuan diri sendiri dalam mengelola waktu, yakni kemampuan merencanakan, mendegelasikan, mengatur dan mengontrol. Agar manajemen waktu bisa berjalan dengan baik, kita harus mengetahui strategi mengelola waktu.

Berikut tips-tipsnya :
• Mengatur jadwal kerja untuk mengingatkan kita akan semua aktivitas yang akan dikerjakan. Dengan adanya daftar kita akan tahu kapan batas waktunya (deadline).
• Deadline jelas akan membuat orang menjadi tegang. Jadi usahakan agar mengerjakan pekerjaan dengan tenang dan fokus, sehingga hasilnya pun bagus.
• Sediakan waktu ekstra sekitar 30 menit dalam mengerjakan pekerjaan kantor. Hal ini membuat anda menjadi lebih maju.
• Sisihkan waktu untuk tubuh anda agar tetap sehat dan bugar. Kondisi tubuh yang sehat sangat baik dalam menjalankan aktivitas yang padat.
• Luangkan waktu 30 menit sesibuk apapun Anda bekerja di kantor untuk meningkatkan diri di rumah,misalnya belajar. Hal ini bagus untuk menambah wawasan diluar materi kerjaan.
• Tulis 5 ide yang berhubungan dengan pekerjaan anda setiap hari. Dengan membiasakan diri menggunakan imajinasi kreatif berarti kesuksesan sudah ada di depan mata.
• Buat analisa diri dan prestasi apa yang sudah dicapai. Dengan begitu anda tahu berapa persen misi yang telah anda capai.Selamat mencoba ya dan bagi anda yang malas mulai hari ini ubah manajemen waktu
Sumber: womens lifestyle, book inspiration (Dave Kahle) duniasketsa.com

Kepemimpinan..!



Pemimpin adalah orang yang menunjukkan arah. Seseorang yang mempunyai jiwa kepemimpinan akan selalu tahu kemana arah yang harus diambil. Keputusan-keputusan nya mantap dan didasari oleh keyakinan diri disertai data-data dan informasi yang akurat. Dalam dunia usaha, jiwa kepemimpinan dan kepeloporan ini mutlak diperlukan. Setiap orang yang berwiraswasta dengan sendirinya adalah seorang pemimpin, karena secara sadar atau tidak, ia telah menempatkan dirinya sendiri pada posisi pemimpin.

. Kedudukan tersebut mengharuskannya untuk selalu mampu mengambil keputusan yang menurut perhitungannya sendiri merupakan yang paling baik dan bijaksana. Tidak boleh ada keraguan dan kebimbangan. Sekali ragu dan bimbang, maka keputusan yang diambil akan terlambat dan tidak efektif lagi.

Dilain pihak, pengusaha yang tidak memiliki jiwa kepemimpinan, akan sangat menderita pada saat-saat harus mengambil keputusan. Meski para pembantunya banyak, ia akan tetap selalu diliputi keraguan sehingga akhirnya condong mengikuti pendapat dari figur yang dominan terhadap dirinya. Pengusaha macam begini biasanya sulit untuk bisa membawa perusahaannya kearah kemajuan yang berarti.

Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap, adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan sangat menonjol. Ciri-ciri mereka biasanya sangat khas, yaitu keputusan dan sepak terjangnya sering dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya pengusaha. Mereka “tampil beda�.

Salah satu contoh, adalah Kim Woo Chong, seorang wiraswastawan terkemuka dari Korea, pendiri kelompok Daewoo. Kim tidak pernah terpengaruh oleh sepak terjang pengusaha-pengusaha lain dan ikut-ikutan mengejar trend bisnis yang ramai-ramai dilakukan orang.

Pada saat para pengusaha lain berlomba-lomba mencari pasar di Amerika dan Eropa, ia secara mengejutkan justru menerobos negara-negara tirai besi seperti Rusia dan sekutu-sekutunya. Lebih mencengangkan lagi, ia juga merangkul negara-negara yang sejauh ini sangat “ditakuti� dan “diharamkan� oleh negara-negara adi daya penganut kapitalisme, seperti Lybia dan Iran.

Akan tetapi, kenyataan membuktikan bahwa Kim benar. Dengan keputusannya itu, serta merta ia dan kelompok usahanya, Daewoo, berkembang menjadi salah satu chaebol (konglomerat) terbesar di Asia serta diperhitungkan dimana-mana di dunia termasuk Amerika dan Eropa.

Di Indonesia sendiri beberapa pengusaha, kita lihat memiliki kualitas pemimpin. Di
antaranya adalah Sosro. Dengan keberanian besar, bahkan “cukup nekat� menurut pengusaha lainnya, Sosro memutuskan untuk berusaha dalam bidang minuman, berupa air teh yang dikemas dalam botol. Sebelumnya, tidak satu pun pengusaha yang berani melakukan bisnis seperti itu, karena semua tahu, teh adalah minuman yang remeh. Di mana-mana teh gampang diperoleh, bahkan diwarung nasi, teh disediakan gratis. Selain itu, bagaimana rasa dan mutu air teh yang disimpan dalam botol berhari-hari ? Bau dan aromanya ? Kesehatannya ? Apa mungkin laku ?

Akan tetapi, fakta mengatakan bahwa keputusan Sosro itu ternyata benar. Sekarang, di mana pun di seluruh Indonesia orang tahu dan ikut minum teh botol Sosro. from duniaseketsa.com

Diskriminasi Diperlukan dalam Talent Management

ilustrasi-grow-people.jpgPerbincangan mengenai pengembangan mutu SDM kini tengah disemarakkan dengan gagasan mengenai talent management. Esensi dasar dari gagasan ini adalah bagiamana sebuah organisasi mesti mampu secara konstan merekrut, mengembangkan, dan kemudian mempertahankan barisan SDM yang bertalenta tinggi serta berkinerja unggul.
Barisan SDM dengan talenta unggul yang menduduki strategic positions pada akhirnya memang merupakan life blood dari sebuah organisasi bisnis. Disini kita mungkin perlu menyimak sebuah ungkapan dari paman Bill Gates. Begini ia pernah berujar : silakan ambil 25 eksekutif kunci dengan talenta unggul dari perusahaan kami, dan dalam waktu tak berapa lama Microsoft akan langsung roboh.
Pertanyaanya kini adalah : lalu strategi terbaik apa yang mesti dilakoni untuk mampu mengembangkan talent management secara kokoh? Dalam kaitannya dengan hal ini, saya mencoba memetakan dua catatan filosofis yang layak digenggam manakala kita hendak merajut strategi talent management secara optimal.
Catatan yang pertama adalah ini : serangkaian studi empirik menunjukkan bahwa kehebatan sebuah organisasi bisnis sangat ditentukan oleh hanya 30 % karyawannya, terutama mereka yang menduduki posisi strategic/core positions. Ilustrasinya sederhana : bagi sebuah warung makan, posisi seorang koki adalah posisi yang amat vital; dan bukan kasir atau pramusaji atau bagian purchasing. Demikian pula bagi Microsoft, posisi yang amat penting adalah barisan programmer, bukan mereka yang duduk di bagian finansial, warehouse, ataupun bagian customer service.
Implikasinya jelas : untuk mereka yang menduduki posisi core, maka kita harus mati-matian mendapatkan talenta kelas dunia. Namun bagi mereka yang tidak menduduki posisi core, kita cukup mendapatkan pekerja yang standard saja, tidak perlu bagus-bagus amat. Alasannya sederhana : seorang pramusaji dengan talenta kelas dunia tak akan memberikan impak yang signifikan bagi kemajuan sebuah rumah makan. Demikian juga, seorang finance manager yang super sekalipun tidak akan memberikan dampak yang berarti bagi maju mundurnya Micorosft. Karena itulah, untuk posisi-posisi non-core ini kita cukup memelihara karyawan yang memenuhi standard kualifikasi saja – tidak perlu berambisi merekrut yang terbaik. Sebab efek diferensiasi dari posisi-posisi non core terhadap level kinerja perusahaan tidak banyak.
Sebaliknya, untuk mereka yang menduduki posisi core atau strategis, maka kita mesti bertarung mati-matian untuk mendapatkan talenta super. Sebab dalam posisi ini, perbedaan kinerja antara level standar dengan level superior akan memberikan dampak yang sangat signifikan bagi kemajuan perusahaan. Seorang koki dengan kualifikasi standar mungkin akan membuat rumah makan kita bisa terus eksis, namun kalau kita bisa merebut koki dengan kualifikasi kelas dunia, pasti rumah makan kita akan kebanjiran pelanggan.
Fakta diatas membawa kita kepada catatan penting kedua : perusahaan mesti mengalokasikan sumber daya waktu dan energi yang lebih besar (mungkin hingga 80%) untuk mengelola dan memelihara mereka yang duduk dalam posisi kunci (strategic positions); dan sisanya untuk mengelola para non-core employees. Nah, disinilah suka muncul masalah. Sering dengan alasan pemerataan, sebuah perusahaan memperlakukan semua karyawan dengan prioritas yang sama : semua mendapatkan porsi pelatihan yang sama, besaran bonus yang sama, dan kenaikan gaji yang sama.
Gaya manajemen a la sosialisme itu kelihatannya indah, namun dalam jangka panjang tidak akan pernah mampu membawa kita menuju kinerja puncak (gaya seperti ini mungkin lebih cocok untuk negeri Uni Soviet pada tahun 70-an dulu).  Sebaliknya, kita mesti mengalokasikan sumber daya yang berbeda antara karyawan core dan non-core. Untuk karyawan non core kita cukup mengalokasikan sumber daya pengembangan yang standard saja (ya, secukupnya sajalah….). Namun untuk core employees yang bersifat strategis, kita mesti mengalokasikan sumber daya habis-habisan untuk memelihara dan mengembangkan talenta terbaik mereka.
Dengan pendekatan semacam itu, kita tidak perlu lagi repot atau terlalu ambisius untuk mengembangkan semua karyawan (dan ini sering membikin kita selalu kehabisan energi). Kita cukup memfokuskan energi terbesar kita pada karyawan yang menduduki posisi kunci dan bersifat strategis (dan acapkali jumlah karyawan golongan ini tidak lebih dari 30% jumlah total karyawan). Talenta-talenta karyawan di golongan inilah yang mesti kita hajar habis-habisan. Dengan pola ini, kita bisa lebih fokus, lebih bisa menghemat energi, dan yang paling penting : bisa meraih hasil yang jauh lebih produktif.
Demikianlah, dua filosofi kunci yang mesti selalu dikenang tatkala kita hendak membangun sebuah sistem talent management yang unggul. Sebuah filosofi yang berangkat dari keyakinan bahwa : not everyone of us is equal. Sorry, kedengarannya ini agak diskriminatif, but this is a fact of life. Accept this, or you will be left behind the dust.

Best Practices on Talent Management

gedung-re.jpgThe people agenda is one of my top priorities, demikian salah satu poin yang disebut oleh 98% CEO Asia Pasifik dalam sebuah survei bertajuk CEO Annual Global Survey. Secara lebih spesifik, survei itu juga menyebut talent retention sebagai salah satu isu fundamental dalam peningkatan kinerja bisnis.
Hanya persoalannya, memburu dan mengelola top talents ternyata juga bukan pekerjaan yang mudah dilakoni. Lalu apa yang semestinya dilakukan agar proses talent management itu bisa diterapkan dengan optimal? Dan best practices semacam apa yang bisa diolah agar para top talents itu bisa terus mekar, tumbuh dan memberikan kontribusi yang mak nyos bagi kecemerlangan bisnis?
Pertanyaan itulah yang coba dieksplorasi secara memikat dalam buku bertajuk Talent Management Implementation : Belajar dari Perusahaan-perusahaan Terkemuka. Buku berbahasa Indonesia ini diterbitkan oleh Lembaga Manajemen PPM, sebuah sekolah bisnis yang beberapa tahun secara proaktif menyebarluaskan konsep talent management kepada segenap pengelola SDM di tanah air.
Buku ini menarik, sebab selain memetakan strategi talent management secara komperehensif, sebagian isinya berkisah tentang kasus nyata penerapan talent management di empat perusahaan papan atas, yakni : Astra, Unilever, Garuda Indonesia dan TransTV.
talent-1.jpgAda beberapa poin penting yang mungkin layak dipetik dari buku ini. Poin pertama, para top talent akan makin mekar jika mereka memiliki level of employee engagement yang kuat. Employee engagement (EE) adalah keterikatan karyawan, baik terhadap pekerjaan ataupun perusahaan. EE yang tinggi selalu memiliki korelasi positif dengan kinerja karyawan.
Itulah kenapa penting untuk melakukan pengukuran Employee Engagement secara periodik, seperti misalnya yang dilakukan oleh Astra. Dengan mengetahui level EE ini, perusahaan bisa mengetahui dimana posisi mereka saat ini, dan dalam area apa mereka arus berbenah agar level EE lebih meningkat di masa mendatang.
Poin kedua yang penting dalam talent management adalah ini : proses pengembangan talent hanya akan berhasil jika muncul dukungan yang penuh dari BOD (board of directors). Dalam buku itu misalnya diceritakan bagaimana BOD Unilever setiap tahun mendedikasikan sebuah pertemuan khusus di luar Jakarta (off site meeting) selama 2 – 3 hari, yang ditujukan untuk membahas talent maps di perusahaan mereka. Meeting level BOD ini mereka sebut sebagai Talent Review Meeting.
Dalam talent review itu, BOD melakukan kajian terhadap people development plan yang sudah dan akan dilakukan oleh masing-masing divisi; dan apakah konfigurasi top talent di masing-masing divisi itu sudah sesuai dengan kebutuhan strategis bisnis. Asyik juga mungkin jika kita bisa terlibat dalam meeting BOD talent review semacam ini.
Poin ketiga yang layak dicatat dalam proses pengembangan talent management adalah : adanya opportunities for personal development yang dijalankan dengan sistematis. Tak syak lagi, proses talent management yang jos markojos hanya akan muncul jika disitu ada sebuah ruang untuk pengembangan diri secara konstan dan terus menerus.
Proses pengembangan itu bisa dilakoni melalui sebuah jalur pendidikan yang sistematis. Di Garuda misalnya, mereka mendesain program pendidikan tiga tipe yakni : professional development program (untuk pengembangankan kompetensi teknis profesional), management development program (untuk mendidik dan menyiapkan karyawan dalam posisi manajerial) dan executive development program (program untuk mengembangkan calon top executive).
Sementara di Astra dikenal adanya program pendidikan manejerial terstruktur mulai dari level Astra Basic Management Program (berlangsung selama 1 minggu di kelas dan 3 bulan self improvement plan) hingga level Astra General Management Program (2 minggu di kelas dan 6 bulan projek penugasan).
Selain program pendidikan seperti diatas, proses pengembangan juga harus melibatkan metode project assignment secara terencana dan sistematis (jika perlu disertai penugasan di luar negeri). Di Unilever misalnya, secara reguler sejumlah top talent-nya diberi overseas project assigenments untuk makin menggemblang talenta dan kompetensinya.
Buku berjudul Talent Management Implementation ini sungguh memberikan inspirasi segar bagi Anda yang memang ingin melentingkan kinerja para talent di perusahaan tempat Anda berkiprah. Sementara jika Anda sendiri merasa sebagai salah satu top talent bagi perusahaan Anda, buku ini juga layak di-simak, agar perjalanan karir Anda bisa kian menebarkan kegemilangan.